Semangat Kartini Bagi perempuan-perempuan Pejuang Covid-19 “Habis Gelap Terbitlah Terang” Kobarkan Semangat Juang sampai Ibu Pertiwi Tersenyum Gemilang

Setiap tanggal 21 April di Indonesia, diperingati Hari Kartini untuk mengenang kembali  perjuangan kaum perempuan di masa penjajahan. Sedangkan perjuangan di masa kini, sosok Kartini hadir melalui tenaga medis perempuan yang menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemic Covid-19. Mereka adalah perempuan-perempuan yang bertugas di Rumah Sakit dan Puskesmas; Dokter, Perawat, bidan, petugas laboran, radiografer, farmasi, cleaning service, security front of office serta petugas laundry. Mereka para medis yang selama pandemic Covid-19 sebagai kartini-kartini masa kini dengan mengemban tugas yang sangat berat..

Selama masa pandemic covid-19 peran perempuan semakin berlipat ganda. Di lingkungan rumah tangga, perempuan bukan hanya melaksanakan tugas kodratinya sebagai perempuan, melahirkan, menyusui, merawat suami dan anak-anakya akan tetapi perempuan dituntut lebih kreatif dan cerdas mengatur rumah tangganya serta menjamin keluarganya tetap sehat. Di tengah kebijakan pemerintah stay at home, anjuran semua kegiatan dilaksanakan di rumah, termasuk pembelajaran dengan jarak jauh sehingga menjadikan perempuan (ibu) mendampingi anaknya dalam pembelajaran (bertambah profesi sebagai pengajar di rumah).

Bukan hanya di rumah, kaum perempuan pun turut berperan aktif untuk mencegah covid-19 khususnya para perempuan-perempuan tenaga medis, yang jumlahnya memang mendominasi kaum perempuan. Menteri Luar Negeri, Retno L.P. Marsudi menerangkan bahwa 70 persen tenaga medis global adalah perempuan sehingga perempuan justru berada di garda terdepan dalam penangan pasien. Di samping itu, 60 persen UMKM di Indonesia yang memproduksi masker, baju pelindung, dan hand sainitizer juga dimiliki oleh perempuan. Sehingga peran perempuan sangat strategis dan signifikan di tengah wabah Covid-19. Merka actor yang dapat menedidik komunitas untuk mengambil langkah preventif untuk menekan penyebaran Covid-19. (16 April 2020)

Di samping karena jumlahnya yang lebih mendominasi dibanding tenaga medis laki-laki, tenaga medis perempuan juga memiliki kemampuan dan keunggulan dalam menangani pasien. Dengan pendekatan personal sangat tepat dimanfaatkan dalam mendekati dan memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga. (Erlina Burhan, Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, 21 April 2020).

Sebagai tenaga medis perempuan mempunyai peran ganda dalam melawan covid-19. Di samping berperan sebagai tenaga medis juga sebagai ibu rumah tangga serta harus menjalankan perannya sebagai anggota masyarakat. Ketiga peran ini menjadikan perempuan sebagai tumpuan besar dalam menanggulangi wabah Covid-19. Perempuan-perempuan tenaga medis harus mampu memberikan edukasi terkait pandemic Covid-19 kepada keluarga dan masyarakat sekitar. Di lingkungan keluarga, perempuan medis sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya sekaligus mampu memberikan edukasi yang benar tentang kesehatan kepada keluarga. Demikian pula ketika terjun di tengah masyarakat harus mampu berbagi edukasi yang sesuai dengan profesi masing-masing.

Para medis adalah pahlawan dalam melawan pandemic Covid-19. Kita perlu mendukung dan mensupport tenaga medis utamanya kaum perempuan dalam rangka memperingati hari Kartini. Kartini yang dahulu adalah perempuan yang berani menuntut dan memperjuangkan emansipasi wanita. Sedangkan Kartini modern di tengah wabah Covid-19 adalah perempuan-perempuan yang berani memperjuangkan untuk menolong orang lain. Mereka yang rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran serta kehilangan nyawapun mereka siap demi merawat dan menyelamatkan pasien Covid-19. Meskipun mereka tahu bahwa resiko terpapar wabah tersebut besar sekali terhadap dirinya. Jadi, sangatlah layak dikatakan bahwa perempuan-perempuan tenaga medis Indonesia di masa pandemic ini adalah Kartini-kartini masa kini. .

Perjuangan para medis dalam menangani pasien Covid-19 perlu diapresiasi. Keterbatasan gerak karena harus menggunakan pakaian Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Bagi dokter dan perawat harus menggunakan masker N95 atau ekuivalen, gaun khusus, sepatu bot, pelindung mata atau face shield, sarung tangan bedah karet steril dan beberapa digunakan dengan berlapis-lapis serta perlengkapan tersebut hanya sekali pakai, tambah penutup kepala dan apron. Sementara APD untuk dokter, perawat, petugas laboran, radiographer, farmasi dan petugas kebersihan ruang pasien Covid-19 berupa masker bedah 3 lapis, gaun, sarung tangan karet sekali pakai dan pelindung mata. Selama menggunakan APD lengkap, tenaga medis khususnya yang di ruang isolasi bertugas selama 8-10 jam, dalam kondisi terebut tidak boleh makan dan minum. Bagi tim medis mereka menjadi pejuang terdepan melawan Covid-19 bukan perkara mudah, sesak pengap dan tidak jarang menahan diri untuk masuk ke kamar mandi. APD adalah syarat mutlak untuk mengangani pasien yang terinfeksi karena APD lengkap merupakan pakaian pertahanan mereka agar tidak tertular.

Dengan dedikasi penuh mereka memberikan diri seutuhnya untuk kemanusiaan Perempuan-perempuan tenaga medis harus rela berpisah dengan keluarga karena tinggal di tempat khusus yang sudah disediakan selama bertugas menangani pasien Covid-19 dan tentunya jauh dari keluarga, mereka harus menahan rindu dengan anak-anak dan keluarganya. Bercampur aduk perasaan yang mereka rasakan; dengan harus memakai APD lengkap, panas, gerah, pengap dan itu tidak boleh dilepas selama masa tugas yang kurang lebih 8 – 10 jam sehingga menimbulkan ketidak-nyamanan. Demikian pula tentu ada rasa tidak aman dan rasa takut ketika harus berhadapan langsung dengan pasien yang terinfeksi. Namun, di sisi lain ada rasa kasihan dan iba pada pasien sehingga mereka harus memikiran dan berjuang menangani dan meyelamatkan pasien yang sudah terjangkit. Terlintas pula di benak mereka kekawatiran keluarga terhadap dirinya jika terjadi apa-apa.

Kartini masa kini adalah sosok-sosok perempuan yang di lingkungan manapun mereka berada atau dengan profesi apapun mereka geluti selalu mengedepankan hidup berjuang untuk kebaikan dan selalu menjadi inspirator yang baik bagi orang lain. Sehingga dengan perjuangannya mampu menjadi pelita untuk menerangi kegelapan (habis gelap terbitlah terang). Demikian perjuangan Kartini-kartini masa kini (tenaga medis perempuan) di tengah kondisi kesulitan karena wabah pandemic Covid-19 ini, diharapkan terus bersemangat sampai Ibu Pertiwi kembali tersenyum dengan gemilang (berakhirnya kasus wabah pandemic). Apa yang mereka lakukan adalah pekerjaan mulia. Allah akan membalasnya dengan pahala yang setimpal. Mereka berjuang demi kemaslahatan umat

 خير الناس أنفعهم لناس “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”.

Penulis: Hastuti Baharuddin

Media Sosial

Kontak
(0411) 841879
(0411) 8221400
sinfst[at]uin-alauddin.ac.id

Log In

Create an account