WOMENONICS “IRONI PENANGGULANGAN KEMISKINAN”
- Written by Redaksi Sin FST
- Published in Informasi
- Permalink

Peran perempuan dalam pertumbuhan ekonomi bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Negara terletak pada peran perempuan dalam teori Womenonics yang menegaskan bahwa jika lebih banyak perempuan yang maju dalam sebuah masyarakat maka semakin tinggi pertumbuhan yang dialami. Apakah benar kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan mampu meningkatkan kestabilan ekonomi Negara?
Kajian Islam Muslimah (KIM) yang mengusulkan tema: Womenonics “Ironi Penanggulangan Kemiskinan”. Kajian ini membahas terkait Womenonics, Gender dan Pemberdayaan Perempuan. Apakah benar bahwa perempuan sangat berperan terhadap pertumbuhan ekonomi Negara? Di mana letak hubungan antara Womenonics, Gender dan Pemberdayaan Perempuan dalam penanggulangan kemiskinan? Dan apakah perempuan berpengaruh terhadap penanggulangan kemiskinan?
Tampil sebagai Narasumber pertama: Dr. Rosmaeni, S. Hut., M. Hut. yang merupakan dosen Fakultas Kehutanan Universitas Sulawesi Barat dan Dr. Andi Detti Yunianti, S.Hut., M.Hut. Dosen Fakultas Kehutanan UNHAS Makassar, mengkaji tentang “Problem Kemiskinan di Dunia Islam” dan “Analisis Dampak Gerakan Womenonics dan Solusinya”. Persentase penduduk miskin pada September 2019 sebesar 9,22%. Jumlah penduduk miskin pada September 2019 sebesar 24,79 juta orang (BPS.go.id., 15 Januari 2020). Dari jumlah 24,79 juta penduduk yang miskin tersebut, 9,91 juta orang diantaranya masuk dalam kategori penduduk sangat miskin (Tempo.co., Rabu, 4 Maret 2020). Khusus di Sulawesi Selatan pada September 2019 sebanyak 759,58 jiwa (BPS). Dari angka kemiskinan tersebut, apakah penyebab kurangnya perempuan yang berkiprah sebagai pekerja? Berdasarkan databoks.katadata.co.id bahwa sudah ada sekitar 39,298% partisipasi perempuan dalam dunia kerja. Itu berarti, tingkat partisipasi tenaga kerja perempuan tengah mengalami peningkatan. Namun, apakah dengan peningkatan peran perempuan dalam dunia kerja dapat berpengaruh terhadap penanggulangan kemiskinan? Berdasarkan data yang dikemukakan di atas, Dr. Rosmaeni menyimpulkan bahwa problem kemiskinan bukan dipengaruhi karena kurangnya kiprah perempuan dalam dunia kerja. Menurutnya, peran perempuan sebagai tenaga kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi. Adapun penyebab krusial yang mengakibatkan kemiskinan masih menghantui Indonesia sekarang ini karena kapitalisme dan liberalisme.
Hadir sebagai peserta KIM, para intelektual Muslimah (dosen dari berbagai instansi Perguruan Tinggi) dan Hastuti, S.Pd.I., M.Pd.I dosen program studi Sistem Informasi. Suatu kesempatan berharga bisa berkumpul dan sharing bersama mereka. Sepintas melihat wajah mereka seakan menggambarkan bahwa mereka perempuan-perempuan yang hanya bergelut dengan urusan rumah tangga. Akan tetapi, setelah mendengarkan pembicaraan mereka seperti merasa tertampar dengan kisah perjalanan mereka. Ada yang pernah tinggal di Jerman, di Jepang, dan beberapa Negara lainnya. Luar biasa kiprah ibu-ibu cendekiawan Muslimah, berjuang sukses di tempat kerja terlebih sukses di lingkungan rumah tangga. Mereka perempuan-perempuan hebat yang berkiprah sebagai pejabat di beberapa instansi pemerintah ternama. Mereka sukses di tempat kerja dengan tidak meninggalkan kodratnya sebagai perempuan muslimah.
Perempuan muslimah sebagaimana kodratnya sebagai manajer dalam rumah tangga. Perempuan muslimah yang hebat bukan mereka melahirkan generasi dokter, dosen, polisi, pejabat, dan profesi yang membanggakan lainya. Namun, cendekiawan/intelektual muslimah seharusnya sebagai Ummul wa Rabbul Bait. Perempuan muslimah harus menerapkan dua tugas penting yakni Domestik (wajib) dan Publik (mubah). Berperan dalam publik itu mubah dalam artian dibolehkan setelah kewajiban domestik terlaksana. Menjadi perempuan muslimah yang intelektual tugas utamanya adalah sebagai manajer dalam rumah tangga (Ummul wa Rabbul Bait). Oleh karena itu, Gender dan Pemberdayaan Perempuan memang perlu diterapkan demi kesejahteraan sosial, ekonomi, dan peningkatan peran perempuan dalam andil pembangunan ekonomi. Akan tetapi peran utamanya sebagai Ummul wa Rabbul Bait harus tetap terjaga, sebagai seorang istri yang berbakti kepada suaminya karena keridhoan Robb-Nya bergantung kepada keridhoan suaminya, sebagai ibu bagi anak-anaknya tidak hanya mengandung, melahirkan, menyusui, merawat dan mendidik supaya buah hatinya tumbuh besar dan cerdas tetapi juga mempunyai kewajiban untuk mendakwahkan Islam ke tengah masyarakat supaya terwarnai dengan Islam serta untuk tegaknya syariat Allah di muka bumi. Timbul pertanyaan sebagai perempuan ASN, bagaimana menjalankan peran sebagai abdi Negara dan sebagai anggota dalam lingkungan keluarga? Mampukah menjalankan keduanya dengan seimbang antara tugas Negara dengan tugas sebagai anggota keluarga? Beberapa jawaban motivasi dari ibu-ibu hebat peserta KIM bahwa jalani tugasmu sebagai abdi Negara dengan tetap berjalan pada koridor mengharap ridho Ilahi. Jadikan keilmuanmu untuk mencerahkan dunia. Jadikan profesimu untuk menghasilkan generasi Islami. Nikmati apa yang ada di hadapanmu dan syukuri dengan terus mengharap petunjuk dari-Nya.