Engagement
- Written by Evi Yuliana
- Published in Artikel
- Permalink
oleh: Rahman, S. Kom., MT.
#Day01Ramadhan2023
Kelemahan laporan riset mahasiswa tidak saja belum memuaskan dari sisi mutu isu, tapi juga aspek pilihan metode riset PL, seperti telah disinggung pada diksusi waktu lalu. Jika ditelisik cermat, akan semakin banyak nampak celah kelemahan. Namun di satu sisi periset mahasiswa adalah pembelajar, sehingga sah sah saja untuk tidak dituntut sempurna. Di lain sisi, dosen tentu wajar pula terus menuntut penyempurnaan dan perbaikan kualitas riset. Dua duanya dalam posisi benar memainkan peranannya. Dosen dalam posisi: tegas menuntut sekaligus sedikit memaklumi. Sedang mahasiswa wajib ikhtiar sekeras-keras, tidak memaksa motif personal, semisal ingin cepat menikah, sebagai pendorong menuntut pembimbing mempercepat persetujuan bimbingan (contoh real :D).
Dalam diskusi lalu, tampaknya hal yang megemuka dalam sorotan adalah tentang saran variasi pilihan metode riset Pengembangan Perangkat Lunak (PL). Benar, isu ini penting menjadi concern, mengingat rekam jejak mahasiswa menunjukan adanya kesamaan dan kekakuan dalam pemilihan metode riset. Hal yang urgen untuk mendorong periset pembelajar untuk berani mengambil model metode pengembangan PL yang variatif. Namun meski isu seputar ini penting, ada hal yang menurut hemat saya tidak kalah penting yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan riset. Namun tampaknya isu ini tidak terkomunikasi dengan baik sebelumnya. Olehnya, catatan ini mencoba mengurai kembali seputar isu diskusi tempo hari.
Di samping sepakat dengan masalah variasi metode riset, opini yang coba saya komunikasikan sebelumnya, sebenarnya tidak spesifik mempermasalahkan ketepatan pilihan metode. Bukan pula dalam hal: mempertanyakan isu kelayakan topik riset dan tool riset yang dianggap terlalu mudah (semudah aplikasi excel). Juga bukan soal isu riset yang kurang aktual dan malah mungkin dipersepsikan ‘KUMUH’ (baca: kurang bermutu bah).
Isu ini adalah tentang tingkat keterlibatan mahasiswa (periset) dalam riset yang diklaim dikerjakan. Dalam dunia hingar-bingar sosial media saat ini, kita bisa menyebut padanan istilahnya dengan: Engagement. Saya mencoba mengangkat isu engagement sebagai pemantik ide-ide brilian dari rekan sejawat. Ini bukan soal benar salah, atau tepat dan tidak tepat, tapi suatu upaya mengkomunikasikan penampakan fakta kelemahan riset, menuju perbaikan, yang dilakukan mahasiswa didik dengan memandang aktivitas riset secara holistik, yaitu melihat riset sebagai kesatuan proses/aktivitas ilmiah.
Dalam bahasa milenial Engagement bisa dimaknai keterlibatan atau pelibatan diri. Dalam kaitannya dengan riset, Kurangnya Engagement mahasiswa dalam aktivitas riset dapat kita kenali dari 2 fakta utama: 1) Program Perangkat Lunak (PL) tidak dikerjakan mandiri, 2) Draft laporan riset. Poin pertama tidak perlu penjelasan. PL yang dikerjakan pihak “pembimbing 3” adalah 100% hasil keterlibatan orang ekternal itu, mulai dari analisis, desain, koding, debugging, bahkan ada yang hingga sampai tahap pedampingan ujian. Sedangkan pada poin 2, draft laporan di satu sisi menunjukan adanya indikasi lemahnya keterlibatan yang bersangkutan secara teknis (kerja praktis) dalam melakukan riset. Draft laporan sangat terasa bernuansa narasi karangan, yang melulu berisi kutipan definisi, bukan laporan kegiatan. Sangat beda jauh antara menyalin-kutip definisi VERSUS menulis apa yang telah dikerjakan. Di sini cenderung terlihat aspek kekurangpahaman mahasiswa memaknai riset secara teknis sehingga perlu semacam panduan teknis pelaksanaan riset.
Mahasiwa terlihat hanya mengerti definisi metode secara konseptual (global). Tidak mengerti metode tersebut secara teknis-operasional. Konskuensinya, mereka fasih mungkin melafal definisi, memberi uraian dan penjelasan, tapi tidak cakap melakukannya dan menyusun prosedur eksekusinya. Kita bisa melihat bukti asumsi ini dengan melihat tipikal laporan skripsi yang penuh dengan pengulangan definisi di setiap bab, tapi nyaris tidak ada uraian laporan aktivitas bagaimana setiap tahapan dikerjakan. Padahal inilah sebenarnya esensi laporan riset, bukan mengulang kembali definisi istilah layaknya buku referensi.
Sebagai analogi mudah: Sebagian besar orang kemungkinan tahu secara pemahaman umum (global) metode pembuatan Minyak Kelapa (Minyak Goreng). Berbekal dengan pemahaman global tersebut, yang bersangkutan sudah mampu menyususn ‘seolah-olah’ laporan pembuatan minyak kelapa. cukup berbekal pengetahuan umum dan beberapa potongan gambar google, laporan akan beres.
Tapi periset yang memang paham secara teknis operasional, serta terlibat dalam aktivitas pembuatan minyak kelapa pasti akan menyajikan laporan yang lebih baik. Sebab pembuatan minyak kelapa tidak sederhana seperti dalam ramuan buku teks. Ada langkah teknis beragam, ada tahapan yang opsional dan ada yang urut. Laporan baik akan mengemukanan opsi pemrosesan santan sebelum penanakan, antara memakai garam atau tanpa garam, antara penanakan langsung atau melalui pengendapan. Serta paling penting ada penyajian measurements (pengukuran) dari setiap opsi yang dipilih. Entah itu pengukuran lama proses, volume hasil minyak terhadap volume bahan baku dan seterusnya. Sebab measurements ini adalah core/inti dari riset dan indikasi kuat adanya aktivitas riset bukan karangan laporan riset.
Dalam riset mahasiswa, gaya penyajian laporan riset tidak menggambarkan tahapan yang bisa di-reproduksi kembali. Laporan riset yang baik harus dapat direplikasi oleh peneliti berbeda. Sehingga penyajian tahapan riset, urutan detil dan output setiap tahapan menjadi faktor penting yang mempengaruhi kemudahan reproduksi ulang kegiatan riset. Peneliti boleh saja mewakilkan pekerjaan teknis pada tahapan riset yang ada. Tapi kontrol proses, kendali output, serta pemahaman proses riset secara keseluruhan harus selalu dalam kontrol periset. Sehingga periset dalam menyusun laporan riset benar-benar menyajikan catatan aktivitas riset yang dilakukan dan hal-hal yang terjadi serta menarik dan relevan diungkapkan. Sekali lagi tidak menyajikan hasil dan hambar-gambar secara tiba-tiba dan tanpa penjelasan konteks riset yang kuat, seperti menyajikan gambar tanpa penjelasan atau hanya mengulang kutipan definisi semata. Ini menunjukan mahasiswa tidak terlibat riset karena ketidakcakapan dalam mengeksekusi metode riset yang dipilih.
Kelemahan eksekusi metode riset pada mahasiswa misalnya tampak dari tahap analisis hingga desain. Normalnya sebuah desain ERD atau tabel tidak muncul sekejap. Ada proses rumit mulai dari data awal hasil pengumpulan data (wawancara, dokumen, form laporan dll) hingga metode ekstrak informasi dari raw data menjadi data-data cikal bakal diagram ERD. Ada banyak teknik pendekatan yang mungkin ditempuh untuk menetapkan cikal bakal frasa yang menjadi ENTITY dan RELATIONSHIP diagram ERD. Sebagian buku teks menyebut teknik identifikasi Entity dengan kata benda sedangkan Relationship dengan kata kerja. Namun teknik identifikasi itupun tidak abrakadabra seperti itu. Ada proses teknis lain sebagai langkah pendahuluan dari kumpulan dokumen, teks hasil wawancara, teks laporan, kemudian dikonversi menjadi daftar koleksi frasa-frasa kandidat dan seterusnya. Tahap-tahap ini adalah kerja teknis/operasional terurut yang tidak pernah tampil di laporan riset. Hanya pengembang yang benar-benar ahli dan terlatih yang mampu menyajikan diagram ERD hanya dengan model wawancara lisan. Seorang pembelajar tidak boleh seperti itu dan bukan kelas ahli pula. Riset mahasiswa adalah pembelajaran. Penyajian langkah-langkah logis dalam melakukan tahap analisis hingga desain jauh lebih penting dibanding hasil yang disajikan. Sebab ilmu yang sesungguhnya adalah pada pengetahuan prosedur risetnya (pengetahuan baru atau mendalam), bukan pada kebagusan hasil produk akhir.
Jika diuraikan lebih lanjut, kita pun akan menemukan kekurangan yang sama dalam tahap riset lain seperti pengumpulan data atau analisis data. Di lain waktu mungkin kita akan menguraikan contoh-contoh kekurangan lain di riset mahasiswa untuk mendorong perbaikan riset-riset berikutnya. Semoga tulisan ini bisa mengangkat kembali isu dalam diskusi-diskusi kita tentang: Metode riset penting variatif, tapi sekaligus pastikan bahwa periset mahasiswa tahu tentang prosedur eksekusi metode riset serta terlibat aktif dalam riset.
#Day01Ramadhan2023